Nisahmad's Blog

Meniti Di Atas Kabut Cinta…Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda: "Sampaikan dariku meski hanya satu ayat …" (HR. Al-Bukhori, VI/3461)

Kesalahan-Kesalahan Suami Yang Membawa Bencana

Posted by nisahmad on July 9, 2009

Islam telah meletakkan kaidah-kaidah yang arif dalam memelihara rumah tangga dari perselisihan dan perpecahan.

Dan Islam telah menetapkan dasar-dasar yang lurus yang dapat menolak segala problem penghalang terwujudnya kebahagiaan suami-istri serta menghilangkannya cinta dan ketenangan diantara keduanya.

Ada beberapa sebab sehingga Islam menaruh perhatian yang besar terhadap keluarga.

Keluarga adalah pondasi terwujudnya masyarakat muslim.

Dan keluarga merupakan madrasah iman yang mencetak generasi-generasi muslim.

Karena itulah, musuh-musuh Islam sangat berambisi untuk memecah keutuhan keluarga dan menggoncangkan sendi-sendinya, agar hilang kemampuan keluarga untuk berproduksi dan mencetak generasi-generasi muslim.

Mereka menyisipkan kebathilan ke dalam keluarga muslim melalui perantara yang banyak, utamanya melalui perantara yang banyak, utamanya melalui media massa.

Setiap pasangan suami istri tentu mendambakan keharmonisan, kebahagiaan yang penuh kelembutan dan kasih saying nan suci.

Sayangnya, sering banyak ganjalan yang menghadang terwujudnya harapan itu. Kadang, tanpa disadari ganjalan itu justru dating akibat kesalahan suami sebagai kepala rumah tangga.

Berikut ini beberapa kesalahan suami yang kadang tak disadari, dan bisa membawa keluarga pada jurang kehancuran.

1. Tidak memberikan ta’lim (pengajaran) agama dan hukum-hukum syariat kepada istri

Maka dijumpai adanya istri yang tidak tahu bagaimana cara shalat yang benar, tidak tahu hokum-hukum haid dan nifas, bagaimana bergaul dengan suami yang sesuai syariat dan bagaimana cara mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang islami.

Bahkan kadang-kadang sebagian mereka ada yang jatuh dalam kesyirikan, seperti bernadzar kepada selain Allah, sihir, dan mendatangi dukun.

Dan kita berlindung dari yang demikian.
Ini merupakan perkara yang tidak diperhatikan oleh suami dan tidak dipertanyakan. Padahal melalaikan tanggung jawab terhadap istri akan simintai pertanggungjawaban yang besar di hadapan Allah.

Sebagaimana sabda Rasulullah: “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanyai tentang apa yang dipimpinnya dan suami adalah pemimpin atas keluarganya.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Sesungguhnya banyak cara untuk mengajarkan perkara agama kepada istri diantaranya:

Menghadiahkan buku-buku tentang Islam dan didiskusikan
• Menghadiahkan kaset-kaset agama dan minta diringkaskan
• Membawanya untuk ta’lim di masjid-masjid
• Menghubungkan dengan teman yang saleh
• Membuat perpustakaan dan kaset di rumah
• Memberi hadiah jika ia mampu menghafal beberapa surat atau ayat Al-Qur’an

2. Mencari-cari kesalahan dan menyelidiki aib istrinya

Rasulullah telah melarang untuk berbuat demikian, sebagaimana sebuah hadist: “Rasulullah melarang suami (yang baru kembali dari berpergian yang lama) mendatangi keluarganya pada malam hari.” (HR. Bukhari)

Secara tersirat, hal tersebut dilakukan, dapat membuka pintu terbukanya aib istri di mata suami.

Bisa jadi ketika istri membukakan pintu, penampilannya sangat tidak menarik, hingga suami yang sudah kelelahan merasa kecewa atau marah, dan mencari-cari kesalahan istrinya.

Siapa yang mencari-cari aurat (keburukan) saudaranya sesama muslim, niscaya Allah akan mencari-cari aibnya. Dan barangsiapa yang dicari-cari aibnya oleh Allah maka Allah akan membukanya walaupun orang itu berada ditengah-tengah rumahnya.

3. Mengurangi nafkah

Sesungguhnya nafkah suami kepada istrinya adalah wajib, berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah serta ijma’.

Allah berfirman: “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf.” (Al-Baqarah : 233)

Tidak ingatkah kita akan sabda Rasulullah: “Apabila seseorang memberi nafkah pada keluarganya dengan mengharapkan pahala maka itu merupakan sedekah baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadist yang lain: “Seutama-utama dinar (mata uang emas) adalah dinar yang di infaqkan (dibelanjakan) oleh seseorang kepada keluarganya.” (HR. Muslim)

4. Bersikap keras, kaku dan tidak lembut terhadap istri

Rasulullah bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik di antara mereka ahlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.” (HR. Tirmidzi)

Adapun nemtuk-bentuk sikap lembut seorang suami di antaranya:
Memberikan kegembiraan pada mereka dengan permainan atau hiburan yang diperbolehkan

Segala sesuatu yang tidak termasuk dzikrullah adalah laghwi (sia-sia) atau melalaikan kecuali empat perkara: diantaranya permainan suami dengan istrinya.” (Lihat silsilah hadist shahihah oleh Syaikh Albani no. 315)

Termasuk dalam bentuk permainan adalah lomba lari dengan istri (sebagaimana dalam hadits shahih Irwaul Ghalil oleh Syaikh Albani no. 1502), dan menyuapi istri dengan tangan suami.

Tidaklah engkau membelanjakan suatu nafkah yang engkau niatkan karena menghadap wajah Allah melainkan engkau diberi pahala atasnya, sampai-sampai satu suapan yang engkau masukkan ke mulut istrimu (juga diberi pahala).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Juga memanggilnya dengan panggilan manja lagi mesra dan terkadang menyingkat namanya. Seperti Rasulullah memanggil Aisyah dengan Humaira’ dan ‘Aisy.

5. Enggan membantu istri dalam pekerjaan rumah

Hal ini berkebalikan dengan apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah. Rasulullah seperti yang dikatakan Aisyah, beliau biasa membantu pekerjaan keluarganya.

6. Menyebarkan rahasia dan keaibannya

Padahal Rasulullah bersabda:

Sejelek-jelek kedudukan manusia di sisi Allah pada hari kiamat adalah suami yang bergaul (bercampur) dengan istrinya dan istri bercampur dengannya, kemudian ia menyebar rahasia istrinya.” (HR. Muslim)

7. Mudah dalam menjatuhkan cerai

Rasulullah bersabda:

Perkara halal yang paling dibenci oleh Allah adalah talak (perceraian).” (HR. Abu Dawud dishahihkan oleh Syaikh bin Baaz dalam Al-Fatawa juz I hal. 172)

Maka tidak pantas bagi seorang muslim untuk mendahulukan hal ini tanpa alasan yang bisa diterima.

8. Lemahnya rasa cemburu

Bentuknya sangat banyak, seperti seorang suami membolehkan pria lain bukan mahram bersalaman dengan istrinya.

Membiarkan istrinya berbaur dengan saudara laki-laki suami atau putra-putra pamannya, padahal Rasulullah bersabda:

Hati-hati kalian untuk masuk menemui para wanita. Maka berkata seorang pria dari Anshar. ‘Bagaimana pendapat engkau dengan hamwu?’ Yakni kerabat suami yang bukan mahram, beliau menjawab. ‘Hamwu adalah maut.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Termasuk bentuk lemahnya rasa cemburu adalah membiarkan istrinya berduaan dalam mobil dengan sopir untuk berkeliling pasar dan jalan-jalan.

Sebagai penutup pembahasan ini, mari kita renungkan sabda rasulullah :

Jangan seorang mukmin membenci seorang mukminah. Bila ia benci darinya satu akhlak niscaya ia ridla darinya akhlak yang lain.” (HR. Muslim)

Kisah berikut ini juga bisa kita ambil ibrahnya.

Diriwayatkan bahwa seorang pria dating ke rumah Umar bin Khattab hendak mengadukan keburukan akhlak istrinya. Maka ia berdiri di depan pintu menunggu Umar keluar.

Lalu ia mendengar istri Umar bersuara keras pada suaminya dan membantahnya, sedangkan Umar diam tidak membalas ucapan istrinya.

Pria itu lalu berbalik hendak pergi, sambil berkata, “Jika begini keadaan Umar dengan sifat keras dan tegasnya dan ia seorang Amirul Mukminin, maka bagaimana dengan keadaanku?”

Umar keluar dan melihat orang itu berbalik (pergi) dari pintunya, maka Umar memanggilnya dan berkata, “Apa keperluanmu wahai wahai pria?” Ia menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, semula aku datang hendak mengadukan kejelekan akhlak istriku dan sikapnya yang membantahku.

Lalu aku mendengar istrimu berbuat demikian, maka aku pun kembali sambil berkata, “Jika demikian keadaan Amirul Mukminin bersama istrinya, maka bagaimana dengan keadaanku?”

Umar berkata, “Wahai Saudaraku, sesungguhnya aku bersabar atas sikapnya itu karena hak-haknya padaku. Dia yang memasakkan makananku, yang membuat rotiku, yang memcucikan pakaianku, yang menyusui anak-anakku dan hatiku tenang dengannya dari perkara yang haram. Karena itu aku bersabar atas sikapnya.”

Pria itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, demikian pula istriku.” Berkata Umar, “Bersabarlah atas sikapnya wahai Saudaraku….”(lihat Kitab Al-Kabair oleh Adz-Dzahabi hal. 179 cetakan Darun Nadwah Al-Jadidah)
Oleh karena itu lihatlah wahai suami, kebaikan dan kelebihan istrimu setiap engkau melihat kekurangannya.

Selamat mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah warahmah.

Sumber: Majalah Nikah edisi 02/II/2003 hal. 44-46

Leave a comment